
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tengah dalam perjalanan menuju Amerika Serikat (AS) setelah menjalani kunjungan selama empat hari ke Hungaria. Dalam pernyataannya sebelum keberangkatan dari Budapest, Netanyahu mengungkapkan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih. Pertemuan ini diharapkan akan membahas sejumlah isu penting, termasuk masalah sandera, penyelesaian konflik di Gaza, dan kebijakan tarif yang baru saja diberlakukan terhadap Israel.
“Saya berharap bisa membantu dalam isu ini. Itulah niatnya,” kata Netanyahu, menegaskan komitmennya untuk mencari solusi dalam menghadapi tantangan yang dihadapi negaranya. Penetapan tarif impor baru sebesar 17% terhadap barang-barang dari Israel yang diterapkan oleh pemerintahan Trump pekan lalu menjadi salah satu agenda utama dalam diskusi tersebut.
Pertemuan antara Netanyahu dan Trump dijadwalkan berlangsung pada hari Senin (7/4) pukul 1 siang waktu setempat. Menurut pejabat Israel, Trump memperluas undangan untuk pembicaraan tersebut, menandakan pentingnya pertemuan kedua pemimpin untuk membahas berbagai isu yang mempengaruhi hubungan bilateral antara AS dan Israel.
Salah satu topik krusial yang akan dibahas adalah hubungan Israel dengan negara-negara tetangga, termasuk Turki dan Iran, serta respons Israel terhadap tindakan Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Munculnya surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu oleh ICC terkait tuduhan kejahatan perang di Gaza menambah dinamika dalam pertemuan tersebut, di mana Netanyahu diharapkan akan memberikan penjelasan mengenai posisi Israel atas tuduhan tersebut.
Netanyahu selama kunjitannya di Hungaria memuji negara tersebut sebagai “sahabat sangat dekat Israel”, yang telah mendukung Israel dalam berbagai forum internasional, termasuk di Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dia juga mengungkapkan rasa syukurnya atas keputusan Hungaria untuk mundur dari ICC, yang dianggapnya sebagai lembaga yang mengalami korupsi.
Dalam konteks yang lebih luas, pertemuan ini juga akan mengeksplorasi strategi yang lebih besar mengenai perdamaian di Timur Tengah, terutama terkait dengan upaya normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab. Namun, tantangan besar tetap ada, termasuk penolakan negara-negara seperti Arab Saudi untuk menjalin hubungan normalisasi tanpa adanya penyelesaian yang adil untuk negara Palestina.
Melihat latar belakang yang kompleks ini, pertemuan Netanyahu dan Trump diharapkan dapat membuka jalur diplomasi yang lebih positif bagi Israel. Meskipun ada tantangan, seperti kebijakan tarif dan tuduhan dari ICC, kedua pemimpin memiliki kesempatan untuk menciptakan langkah signifikan dalam hubungan bilateral dan isu-isu yang mempengaruhi keamanan regional.
Melalui pertemuan ini, diharapkan ada kejelasan mengenai posisi dan kebijakan kedua negara, yang dapat memengaruhi perkembangan di kawasan Timur Tengah. Upaya untuk menangani isu-isu sandera dan penyelesaian konflik di Gaza tetap menjadi prioritas utama, mengingat dampak yang luas terhadap stabilitas regional dan hubungan Israel dengan negara-negara tetangga serta komunitas internasional.