
Di Indonesia, banyak beredar mitos mengenai penyebab kanker payudara, dan salah satunya adalah anggapan bahwa menaruh ponsel di dekat dada dapat memicu munculnya penyakit mematikan ini. Namun, bagaimana sebenarnya kebenaran tentang hal ini? Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pada 24 April 2025, dokter spesialis bedah payudara, Dr. Tang Siau-Wei dari Solis Breast Care & Surgery Centre Singapura, menegaskan bahwa mitos tersebut tidak memiliki dasar yang kuat.
Dr. Tang mengungkapkan bahwa berbagai penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara paparan radiasi dari ponsel dan perkembangan kanker payudara. “Itu jelas hanya mitos; sampai saat ini, tidak ada hubungan yang terbukti antara radiasi yang dikeluarkan ponsel dengan kanker payudara,” ujarnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendekatan berbasis bukti dalam memahami isu kesehatan masyarakat.
Faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya kanker payudara, menurut dokter ini, didominasi oleh faktor-faktor genetik atau keturunan, mutasi genetik, usia di atas 40 tahun, obesitas, dan gaya hidup yang tidak sehat. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat untuk lebih memahami faktor risiko kanker payudara yang nyata dan berpindah dari fokus pada mitos yang tidak berdasar.
Kanker payudara umumnya ditandai dengan adanya gejala spesifik, meskipun beberapa wanita mungkin tidak mengalami benjolan yang dapat teraba. Dr. Tang menjelaskan bahwa banyak kasus kanker payudara terdeteksi melalui skrining, bahkan tanpa adanya benjolan yang terlihat. Beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain:
– Keluar cairan dari payudara
– Kulit di area payudara menebal
– Puting tertarik ke dalam
– Iritasi, kemerahan, atau pengelupasan kulit di sekitar payudara
– Perubahan ukuran payudara
– Cekungan pada payudara
– Nyeri di payudara termasuk area puting
Dr. Tang menekankan bahwa tidak semua benjolan di payudara berarti kanker. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika menemukan benjolan. Pemeriksaan lebih lanjut dapat membantu menentukan apakah benjolan tersebut merupakan cairan, tumor jinak, atau tumor ganas.
Sebagai informasi tambahan, kanker payudara adalah salah satu jenis kanker paling umum dan merupakan penyebab kematian terbesar akibat kanker di seluruh dunia. Di Indonesia, terdapat sekitar 68.858 kasus baru kanker payudara pada tahun 2022, yang menyumbang 16,6% dari total kasus baru kanker di negara tersebut. Kanker payudara menjadi penyebab kematian nomor satu di kalangan wanita, dengan 1 dari 4 wanita berpotensi mengalami kondisi ini dalam hidup mereka.
Masyarakat perlu semakin dewasa dalam meneruskan informasi dan memahami bahwa penyebaran fakta yang benar dapat menyelamatkan banyak nyawa. Mengetahui gejala dan faktor risiko kanker payudara adalah langkah awal yang penting, dan edukasi mengenai isu-isu kesehatan harus terus dipromosikan untuk mengurangi angka kejadian kanker payudara di Indonesia. Selain itu, pembaruan berkala mengenai penelitian dan panduan kesehatan juga esensial untuk membaiakan masyarakat dari mitos yang dapat menyesatkan.