
Perbankan Indonesia telah bersiap menghadapi lonjakan kebutuhan uang tunai menjelang Hari Raya Idulfitri 2025. Dalam menghadapi momen penting ini, masing-masing bank memiliki strategi tersendiri mengenai persediaan uang tunai. Beberapa bank menaikkan alokasinya, sementara yang lainnya memilih untuk mengurangi jumlah. Dalam laporan ini, kita akan melihat perbedaan strategi antara beberapa bank besar di Indonesia, yaitu Bank Mandiri, BCA, BRI, dan BNI.
Bank Mandiri, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, mempersiapkan uang tunai senilai Rp31,6 triliun selama periode Ramadan hingga Idulfitri. Angka ini tercatat mengalami kenaikan sebesar 5,9% dibandingkan persediaan tahun lalu. Corporate Secretary Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, menjelaskan bahwa persediaan tersebut disediakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi selama 30 hari dari 10 Maret hingga 8 April 2025. “Kami juga telah mengoptimalkan pengisian 12.905 unit ATM/CRM Bank Mandiri yang terhubung dalam jaringan ATM di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Senada dengan Bank Mandiri, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) juga berencana untuk meningkatkan persediaan uang tunai sebesar 14% menjadi Rp42,88 triliun. Wakil Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, mengungkapkan bahwa sebagian besar dana ini akan menutupi kebutuhan kas di ATM dan kantor cabang BSI yang tersebar di seluruh Indonesia. Kenaikan kebutuhan uang tunai di cabang diprediksi mencapai 9%, sementara untuk ATM diperkirakan meningkat hingga 33% dibandingkan tahun lalu.
Bank Central Asia (BCA) juga mengambil langkah serupa dengan menyiapkan uang tunai senilai Rp70,22 triliun, yang meningkat 4% dari tahun lalu. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyampaikan bahwa peningkatan ini merupakan respons terhadap proyeksi peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat dan usaha kecil selama Ramadan dan Idulfitri. “Kami berkomitmen menyediakan layanan perbankan yang optimal bagi nasabah, termasuk memastikan ketersediaan uang tunai yang memadai,” ujarnya.
Namun, tidak semua bank meningkatkan jumlah persediaan uang tunai. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) melaporkan penurunan persediaan menjadi Rp32,8 triliun, turun 6,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Fenomena ini terjadi seiring dengan peningkatan transaksi digital di BRI. SEVP Operations BRI, Nyoman Sugiri Yasa, menjelaskan bahwa proyeksi kas yang disediakan lebih rendah disebabkan oleh turunnya transaksi tarik tunai sebesar 15% dan masyarakat yang semakin nyaman menggunakan transaksi non-tunai.
Sementara itu, Bank Negara Indonesia (BNI) juga memilih untuk menyiapkan jumlah yang lebih rendah, yaitu Rp21 triliun. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil setelah melihat berkurangnya transaksi tarik tunai di ATM dan layanan cabang. Sebaliknya, penggunaan aplikasi perbankan BNI mengalami pertumbuhan signifikan, dengan transaksi mobile banking dan layanan lainnya meningkat 36,7% secara tahunan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tren menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin beralih ke layanan perbankan digital. Hal ini menjadi salah satu alasan bagi bank untuk menyesuaikan strategi dana tunai mereka. Dengan otomatisasi dan digitalisasi yang terus berkembang, bank-bank seperti BRI dan BNI lebih memilih untuk berinvestasi pada peningkatan teknologi dan pelayanan digital ketimbang hanya mengandalkan penyediaan uang tunai.
Menyambut Lebaran 2025, perbankan di Indonesia tampaknya beradaptasi dengan tuntutan dan perilaku konsumen yang kian berubah. Tingginya preferensi untuk transaksi non-tunai membuka peluang bagi bank untuk memanfaatkan inovasi teknologi dalam meningkatkan efisiensi layanan mereka. Adanya perbedaan strategi dalam persiapan ini menunjukkan bahwa setiap bank tidak hanya memikirkan ketersediaan uang tunai, tetapi juga memperhatikan perubahan perilaku pelanggan di era digital.