
Kinerja bank-bank yang dimiliki oleh investor dari Asia Tenggara, terutama dari Malaysia dan Singapura, menunjukkan perkembangan yang beragam di Indonesia pada kuartal I tahun 2025. Dari catatan kinerja keuangan, beberapa bank berhasil mencatatkan laba bersih yang positif setelah mengalami penurunan atau kerugian di tahun sebelumnya, sementara bank lainnya justru mengalami kontraksi.
Sejumlah enam bank dari kawasan ASEAN, termasuk CIMB Niaga, OCBC NISP, Bank Permata, Maybank Indonesia, UOB Indonesia, dan Bank Maspion, telah melaporkan hasil kinerja keuangan mereka untuk periode tersebut, menciptakan gambaran yang menarik tentang kondisi industri perbankan di Indonesia.
CIMB Niaga, yang merupakan bagian dari grup korporasi keuangan Malaysia, berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp1,8 triliun, meningkat 7,36% dibandingkan tahun lalu. Menurut Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, pertumbuhan tersebut mencerminkan manajemen risiko yang baik, dengan rasio kredit bermasalah yang menurun dari 2,14% menjadi 1,85%. CIMB Niaga juga mampu menyalurkan kredit senilai Rp171,07 triliun dan mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp254,2 triliun.
Sementara itu, PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,29 triliun, naik 11% dari tahun sebelumnya. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC, menyatakan bahwa pertumbuhan ini mencerminkan strategi yang berfokus pada pertumbuhan berkualitas di tengah kondisi makroekonomi yang dinamis. Total kredit dan pembiayaan syariah mencapai Rp168,42 triliun, dengan DPK tumbuh 21% menjadi Rp217,7 triliun.
Bank Permata, di sisi lain, melaporkan laba bersih sebesar Rp788,97 miliar, sedikit menurun 2,27% dibandingkan tahun lalu. Meliza M. Rusli, Direktur Utama Bank Permata, menekankan pentingnya strategi jangka panjang meskipun mengalami penurunan laba. Penyaluran kredit Bank Permata meningkat 6,0% menjadi Rp156,6 triliun, dengan DPK naik 4,8% menjadi Rp187,4 triliun.
Di bawah kinerja impresif, Maybank Indonesia mengalami pertumbuhan luar biasa dengan laba bersih mencapai Rp376,25 miliar, berbalik dari rugi bersih Rp227,9 miliar pada tahun lalu. Steffano Ridwan, Presiden Direktur Maybank Indonesia, mengatakan bahwa fokus pada portofolio pembiayaan ritel dan usaha kecil menengah menjadi kunci bagi pertumbuhan tersebut. Sementara DPK menurun 4,9% menjadi Rp111,5 triliun.
UOB Indonesia juga menunjukkan kinerja yang positif dengan laba bersih meningkat 87,54% menjadi Rp303,56 miliar. Penyaluran kredit meningkat 18,50%, mencapai Rp107,64 triliun. Meskipun DPK terkoreksi 1,87%, UOB tetap mencatatkan aset yang tumbuh dari Rp159,91 triliun menjadi Rp166,14 triliun.
Namun, tidak semua bank mendulang keberuntungan. PT Bank Maspion Indonesia Tbk. melaporkan laba bersih sebesar Rp30,73 miliar, turun 26,2% dari tahun lalu. Meski pendapatan bunga bersih sedikit meningkat, beban lainnya melonjak cukup signifikan, mempengaruhi laba bersih. Penyaluran kredit Bank Maspion tumbuh tipis, tetapi DPK tumbuh 27,44% menjadi Rp15,19 triliun.
Data ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa bank mengalami kesulitan, terdapat juga bank-bank yang berhasil mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Fokus pada manajemen risiko, kualitas aset, serta strategi pertumbuhan yang berkelanjutan menjadi kunci dalam mencapai kinerja yang baik. Para pemangku kepentingan di industri perbankan diharapkan dapat mencermati kondisi ini untuk merencanakan langkah strategis ke depannya.