Banjir Rendam 4 Desa di Kudus Setelah Diguyur Hujan Lebat

Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sejak Senin malam telah mengakibatkan meluapnya sungai Dawe, sehingga merendam empat desa di wilayah Kecamatan Mejobo dan Bae. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di kalangan warga sekitar, dengan ketinggian banjir mencapai 10 hingga 50 centimeter.

Ribuan warga dari Desa Mejobo, Kesambi, dan Temulus di Kecamatan Mejobo serta Desa Ngembalrejo di Kecamatan Bae terpaksa berdiam di rumah mereka masing-masing saat air mulai merendam jalanan dan bangunan. “Kami bertahan di rumah saja, jika tidak mendesak tidak keluar karena khawatir banjir semakin meninggi,” ujar Joko, seorang warga berusia 50 tahun dari Desa Kesambi.

Fenomena banjir ini berawal dari hujan lebat yang berlangsung semalaman. Menurut Anshori, 40 tahun, warga Desa Ngembalrejo, kekhawatiran akan kemungkinan jebolnya tanggul semakin meningkat seiring dengan tingginya air. “Kita yang khawatir ada tanggul jebol hingga banjir datang lebih besar,” ungkapnya.

Camat Mejobo, Mochamad Zaenuri, menambahkan bahwa volume air yang meluap di beberapa titik disebabkan oleh saluran drainase yang tersumbat oleh sampah. “Lipasan air terpantau di akhir Sungai Kesambi di jembatan 7, 8, dan 9. Banyak sampah menumpuk di bawah jembatan tersebut, ini masih dalam proses pembersihan,” jelas Zaenuri.

Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan instansi terkait telah dikerahkan untuk membersihkan sampah yang menghambat aliran air. “Kami melakukan pemantauan dan upaya pengurangan banjir dengan pembersihan sampah,” imbuh Zaenuri. Selain itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus, Mundir, mengatakan bahwa meskipun banjir kali ini tidak sebesar yang terjadi pada bulan Januari dan Februari lalu, warga tetap diminta untuk waspada.

Cuaca ekstrem diperkirakan akan tetap berlangsung hingga akhir bulan mendatang, sehingga penanganan bencana harus terus dilakukan. “Kita terus lakukan pemantauan sejauh tanggul sungai rawan jebol dan segera bertindak dengan penanganan cepat sebagai antisipasi banjir yang lebih besar,” tutup Mundir.

Dalam situasi seperti ini, aksi solidaritas di antara masyarakat sangat diperlukan. Banyak warga yang saling membantu, baik dalam hal penyelamatan barang-barang berharga maupun saat membersihkan lingkungan mereka dari sisa-sisa banjir. Pemerintah daerah juga diharapkan proaktif dalam memberikan informasi terkini serta bantuan bagi warga yang terdampak, demi mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam ini.

Kondisi di lokasi banjir masih terus dipantau, sementara warga diimbau untuk tidak panik, tetapi tetap waspada. Ke depan, upaya-upaya mitigasi bencana perlu diperkuat untuk menghindari kejadian serupa. Mengingat banyaknya faktor penyebab bencana banjir, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai lembaga terkait menjadi kunci utama dalam menangani masalah tersebut.

Berita Terkait

Back to top button