Baidu Luncurkan Dua Model AI Ernie, Setengah Harga DeepSeek!

Baidu, raksasa teknologi asal China, baru saja memperkenalkan dua model kecerdasan buatan (AI) terbarunya: Ernie 4.5 dan Ernie X1. Peluncuran ini menegaskan komitmen Baidu untuk bersaing di pasar AI global yang semakin pesat berkembang. Ernie 4.5 adalah versi terbaru dari model dasar Baidu yang pertama kali dirilis dua tahun lalu, sedangkan Ernie X1 merupakan model penalaran baru yang menjanjikan kemampuan analisis canggih.

Dalam laporan yang diterbitkan oleh Reuters, Baidu mengklaim bahwa Ernie X1 menawarkan kinerja setara dengan DeepSeek R1, tetapi dengan harga yang hanya separuh dari biaya penggunaannya. DeepSeek sebelumnya dikenal sebagai salah satu model AI yang menawarkan biaya penggunaan lebih rendah dibandingkan dengan produk dari OpenAI, namun dengan peluncuran Ernie, Baidu mengubah paradigma tersebut dengan menawarkan model yang lebih terjangkau.

Kedua model AI terbaru dari Baidu ini memiliki kemampuan multimodal, yang memungkinkan mereka untuk memproses berbagai jenis data seperti video, gambar, dan audio, selain teks. Ini menjadi keunggulan tersendiri dibandingkan dengan banyak kompetitor yang lebih terfokus pada pemrosesan teks. Lebih menariknya, Ernie 4.5 diklaim memiliki “EQ tinggi,” yang memberikan kemampuan pada model tersebut untuk memahami meme dan satir—sebuah fitur yang dapat meningkatkan interaksi dengan pengguna.

Namun, meskipun Baidu merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan AI di China, perusahaan ini masih menghadapi tantangan dalam mendapatkan adopsi yang luas di kalangan pengguna. Berbagai laporan menyebutkan bahwa kompetisi di pasar AI kian sengit, dengan banyaknya startup yang mencoba menawarkan solusi serupa. Sejumlah analis menilai bahwa banyak dari startup ini tidak memiliki diferensiasi yang cukup, yang bisa membuat mereka berisiko gagal di masa depan.

CEO Baidu, Robin Li, menyoroti potensi risiko yang dihadapi oleh startup teknologi AI saat ini. Menurutnya, banyak model AI yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan baru tersebut hanya bersifat sementara, dan dalam waktu dekat, kemungkinan akan terjadi “gelembung pecah” yang dapat mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kegagalan. Li mengibaratkan situasi ini dengan gelembung dot-com yang pernah terjadi pada tahun 1990-an, di mana banyak pelaku bisnis tidak mampu bertahan dalam jangka panjang.

“Risiko yang ada saat ini mirip dengan apa yang kita lihat di gelembung dot-com. Mungkin hanya satu persen dari perusahaan-perusahaan ini yang akan menonjol dan menghasilkan nilai signifikan bagi masyarakat,” ungkap Robin Li dalam sebuah wawancara. Selain itu, survei dari Hewlett Packard Enterprise (HPE) menunjukkan bahwa sekitar 21% proyek AI mengalami kegagalan dalam eksekusi pada tahun 2023, yang semakin menambah tantangan bagi perusahaan-perusahaan baru.

Baidu juga merencanakan peluncuran model generasi berikutnya, yaitu Ernie 5, yang dijadwalkan hadir pada akhir tahun ini. Pengembangan ini menunjukkan betapa seriusnya Baidu menyikapi perkembangan teknologi AI dan berupaya untuk tetap berada di garis depan inovasi dalam industri ini.

Dengan menawarkan dua model AI yang lebih terjangkau dan canggih, Baidu berusaha untuk menarik perhatian pasar yang lebih luas dan menunjukkan bahwa mereka tetap menjadi salah satu pemain utama dalam industri teknologi AI di China. Meskipun demikian, keberhasilan jangka panjang Baidu dan model-model AI yang mereka luncurkan masih akan bergantung pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan yang ada di pasar yang dinamis ini.

Back to top button