Nadia Permata

Ibu hamil dan pasca melahirkan merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan mental. Menurut data, hampir satu dari lima wanita yang menjalani kehamilan dan persalinan mengalami gangguan kesehatan mental selama periode pre-natal dan postpartum. Laporan dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kondisi ini sering dipicu oleh berbagai perubahan fisik dan emosional yang dialami oleh ibu. Selama masa kehamilan, banyak wanita mengalami peningkatan kecemasan yang dapat berujung pada masalah psikologis seperti depresi, stres, insomnia, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Hal ini diperparah dengan terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan dukungan sosial yang kurang dari lingkungan sekitar. Dukungan sosial sangat penting bagi ibu hamil untuk menghadapi stres yang dihadapi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Sebuah studi di Cina menunjukkan bahwa sekitar 5,3% ibu hamil mengalami gejala depresi, 6,8% mengalami kecemasan, dan 2,6% mengalami insomnia. Angka-angka ini menggarisbawahi betapa signifikan perlunya perhatian terhadap kesehatan mental ibu. Selain itu, gangguan kesehatan mental selama masa kehamilan dapat berdampak buruk pada perkembangan janin, meningkatkan risiko kelahiran prematur, dan kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gangguan kesehatan mental bisa bervariasi tergantung pada fase kehamilan. Misalnya, prevalensi depresi prenata yang lebih tinggi terjadi pada trimester kedua dibandingkan trimester ketiga. Ini mencerminkan betapa pentingnya pemantauan kondisi emosional ibu secara berkala selama kehamilan. Setelah melahirkan, banyak ibu yang fokus sepenuhnya pada kebutuhan bayi dan kurang memperhatikan kondisi diri sendiri. Namun, masa pasca melahirkan sejatinya adalah waktu yang krusial bagi ibu untuk memulihkan diri secara fisik dan mental. Joice Novita Kristianto, seorang psikolog dari Bethsaida Hospital Gading Serpong, mengungkapkan bahwa pampering atau perawatan diri bukan hanya sekadar kemewahan, melainkan kebutuhan psikologis yang sangat penting. “Setelah melahirkan, perubahan hormonal yang signifikan, ditambah lelah dan kurang tidur, dapat memicu baby blues hingga depresi pasca melahirkan,” ungkap Joice. Ia menekankan pentingnya self-care dalam bentuk pampering yang efektif dalam menjaga kestabilan emosi ibu, meningkatkan rasa percaya diri, dan mempersiapkan ibu untuk peran barunya. Banyak ibu merasa bersalah ketika memprioritaskan waktu untuk diri mereka sendiri, padahal hal itu justru membantu mereka dalam menjalani peran sebagai ibu. Pampering dapat berkisar dari relaksasi sederhana, tidur yang berkualitas, perawatan kulit, hingga berkonsultasi dengan psikolog. Space untuk ibu merasa dihargai dan terhubung kembali dengan diri sendiri sangatlah penting. Setelah sembilan bulan mengandung dan menghadapi proses persalinan yang tidak mudah, setiap ibu berhak mendapatkan perhatian dan perawatan. “Kami hadir bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mendampingi. Setiap ibu memiliki tantangan tersendiri, dan kami memberikan layanan pampering pasca melahirkan dengan pendekatan penuh empati,” kata Joice. Peran pasangan juga memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan mental ibu. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dapat mengurangi perasaan tekanan yang dialami ibu, terutama saat merawat bayi. Beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan ayah, seperti membantu mengganti popok, mencuci botol susu, dan menemani bayi saat terbangun di malam hari, dapat membantu ibu merasa lebih didukung. Dengan adanya dukungan dari pasangan, ibu tidak merasa sendirian dan dapat meminimalkan risiko mengalami baby blues. dr. Pitono menekankan pentingnya pendekatan terintegrasi antara layanan kebidanan, anak, dan psikologi untuk meningkatkan kesehatan mental ibu pasca melahirkan. Pentingnya kesehatan mental bagi ibu pasca melahirkan tidak bisa dianggap remeh. Langkah-langkah maju dalam penyediaan dukungan emosional dan psikologis akan membantu menghasilkan ibu yang lebih sehat dan berdaya, yang pada gilirannya juga akan berkontribusi pada kesehatan dan perkembangan anak.