Asosiasi Fintech P2P Targetkan Laba 10% Lebih Tinggi di 2025!

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) optimis akan pertumbuhan laba industri P2P lending di tahun 2025, meskipun menetapkan target yang cukup konservatif. Dalam pengumuman terbaru yang disampaikan oleh Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, asosiasi mencatat bahwa mereka menargetkan pertumbuhan laba maksimal 10% pada tahun 2025. Angka tersebut terbilang rendah mengingat sukses industri P2P lending yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba setelah pajak sebesar 245% secara tahunan pada tahun 2024, dengan total laba mencapai Rp1,65 triliun.

Latar Belakang Pertumbuhan Laba

Industri pinjaman online di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menutup tahun 2024, industri P2P lending mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp1,65 triliun, meningkat dari laba sebelumnya sebesar Rp478,15 miliar per Desember 2023. Pertumbuhan laba yang sangat besar ini menunjukkan potensi dan daya tarik industri yang semakin berkembang di tengah tingginya permintaan untuk aksesibilitas kredit.

Meskipun prestasi yang impresif ini, AFPI tetap mengingatkan akan tantangan yang akan dihadapi di tahun 2025. Entjik S. Djafar menjelaskan bahwa pertumbuhan industri akan terhambat oleh kondisi ekonomi global dan domestik yang belum stabil. Ia menambahkan, "Tahun 2025 ini kami masih tetap optimis, walaupun tahun ini tidak mudah bagi industri ini."

Data Pertumbuhan dan Risiko

Penting untuk mencatat bahwa pada awal tahun 2025, outstanding pembiayaan dalam industri P2P lending tercatat tumbuh sebesar 29,94% tahun ke tahun (YoY), dengan nominal mencapai Rp78,50 triliun. Tingkat risiko kredit macet juga berada dalam kondisi yang stabil, dengan angka TWP90 terjaga di posisi 2,52%, turun dari 2,60% pada Desember 2024. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun industri sedang menghadapi tantangan, pengelolaannya cukup baik dan dapat mempertahankan kestabilan.

Menurut Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan di OJK, meskipun terdapat ketidakpastian dalam kondisi ekonomi, industri P2P lending diperkirakan akan terus mencetak laba. "Berdasarkan proyeksi Rencana Bisnis Penyelenggara Pindar yang disampaikan kepada OJK, pada tahun 2025 industri Pindar diperkirakan terus mencetak laba meskipun masih dibayangi oleh berbagai ketidakpastian kondisi perekonomian," ungkap Agusman.

Tantangan di Tahun 2025

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi realisasi target pertumbuhan laba di tahun 2025. Beberapa tantangan utama meliputi fluktuasi ekonomi global, kebijakan moneter yang ketat, dan potensi peningkatan kredit macet. Hal ini menjadi acuan bagi pelaku industri untuk terus beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi situasi yang tidak menentu.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh para pelaku industri untuk mendorong pertumbuhan meskipun dalam kondisi yang sulit antara lain:

  1. Diversifikasi produk: Menawarkan berbagai produk dan layanan di luar pinjaman untuk menambah sumber pendapatan.
  2. Penguatan analisis risiko: Menerapkan teknologi canggih dalam evaluasi peminjam untuk meminimalkan risiko kredit macet.
  3. Kolaborasi dengan sektor lain: Bekerja sama dengan penyelenggara layanan keuangan lainnya untuk meningkatkan akses dan jangkauan layanan.

Petunjuk dari AFPI dan OJK menunjukkan bahwa meskipun tantangan besar menghadang, industri P2P lending di Indonesia memiliki daya tahan yang kuat. Optimisme tetap ada di tengah ketidakpastian, dan pelaku pasar diharapkan dapat menemukan cara untuk tumbuh di dalam kondisi yang berubah-ubah. Seiring dengan waktu, strategi dan adaptasi yang tepat akan menjadi kunci bagi kesuksesan dan pertumbuhan berkelanjutan di industri ini.

Back to top button