
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan untuk mempertimbangkan proposal akhir yang berkaitan dengan aplikasi TikTok pada Rabu, 2 April 2025, menjelang tenggat waktu 5 April. Tenggat waktu ini menjadi sangat krusial bagi TikTok, yang harus menemukan pembeli non-Tiongkok atau menghadapi larangan operasional di AS. Pertemuan penting diadakan di Oval Office yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi, termasuk Wakil Presiden JD Vance dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, untuk membahas masa depan aplikasi berbagi video yang memiliki lebih dari 170 juta pengguna di AS.
Informasi ini diperoleh dari sumber Reuters yang melaporkan tentang kebutuhan mendesak bagi TikTok untuk melakukan transaksi jual beli secepatnya. Dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan ekuitas swasta seperti Blackstone telah melakukan diskusi terkait investasi untuk membantu membiayai tawaran atas TikTok. Blackstone, yang bekerja sama dengan pemegang saham non-Tiongkok ByteDance, berusaha untuk melibatkan Susquehanna International Group dan General Atlantic dalam upaya ini.
Donald Trump telah menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan dengan ByteDance untuk menjual aplikasi TikTok akan terwujud sebelum tenggat yang ditetapkan. Pentingnya pengalihan kepemilikan ini dicetuskan oleh kekhawatiran mengenai data pengguna yang dapat jatuh ke tangan pemerintah Tiongkok. Dalam upaya yang lebih luas, laporan dari Financial Times menunjukkan bahwa perusahaan modal ventura terkemuka, Andreessen Horowitz, tengah menjajaki peluang investasi untuk menyokong perubahan kepemilikan TikTok.
Marc Andreessen, salah satu pendiri Andreessen Horowitz, dikenal sebagai pendukung Trump dari Silicon Valley dan sedang menjajaki kemungkinan menambahkan investasi baru untuk membeli saham yang dimiliki oleh investor Tiongkok. Tawaran ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar yang melibatkan Oracle dan sejumlah investor Amerika lainnya untuk memisahkan TikTok dari perusahaan induknya, ByteDance.
Selain dua perusahaan investasi tersebut, perusahaan rintisan AI bernama Perplexity juga menunjukkan minat untuk membeli TikTok. Dalam suatu blog perusahaan, Perplexity menyatakan rencananya untuk mengintegrasikan kemampuan pencarian berbasis AI dengan platform TikTok. Mereka mengusulkan untuk membangun kembali algoritma TikTok dengan pendekatan yang lebih transparan, menjadikan umpan rekomendasi aplikasi tersebut sebagai sumber terbuka, sehingga memungkinkan pengguna melakukan referensi silang informasi saat menonton video.
Keputusan Trump untuk memundurkan tenggat waktu sebelumnya dari Januari ke April 2025 menunjukkan besarnya tekanan yang dihadapi oleh pemerintah dalam menangani isu ini. Data dan informasi terkait privasi pengguna, yang menjadi sorotan utama dalam perdebatan mengenai TikTok, menunjukkan adanya keinginan untuk menyelesaikan isu-isu keamanan nasional. Pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya menegaskan bahwa untuk mengambil langkah lebih lanjut, diperlukan partisipasi aktif dari pemerintah dalam pengawasan transaksi yang melibatkan TikTok.
Upaya-upaya untuk memisahkan TikTok dari ByteDance menimbulkan sejumlah pertanyaan baru mengenai kepemilikan teknologi dan data. Sementara banyak investor tertarik, kompleksitas transaksi dan regulasi yang menyertainya tetap menjadi tantangan. Desakan untuk menyelesaikan transaksi ini sebelum batas akhir 5 April menjadi sangat mendesak. Pejabat pemerintah dan investor diharapkan dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan dan tidak mengabaikan aspek privasi pengguna.
Seiring dengan semakin mendekatnya tenggat waktu, perhatian publik dan pemangku kepentingan terhadap keputusan TikTok tetap tinggi. Isu ini tidak hanya menyentuh aspek bisnis semata, melainkan juga implicasi sosial dan politik dalam hubungan antara AS dan Tiongkok. Keputusan akhir tentang masa depan TikTok di AS akan berpengaruh signifikan terhadap lanskap digital dan penggunaan media sosial di negara tersebut.