
Lebih dari 50 orang tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) di Yaman, mencakup sejumlah anak-anak yang menjadi korban dalam insiden tragis ini. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh pemerintah Ansar Allah (Houthi), jumlah korban tewas mencapai 53, termasuk lima anak dan dua perempuan. Selain itu, sekitar 98 orang terluka, yang terdiri dari sembilan anak dan sembilan perempuan.
Serangan tersebut dilaporkan terjadi pada malam Minggu, dengan angkatan bersenjata Houthi mencatat bahwa AS melakukan hingga 47 serangan udara di tujuh provinsi, termasuk ibu kota Sanaa. Fasilitas-fasilitas yang dikelola oleh kelompok Houthi menjadi target serangan, dan dilaporkan tiga rudal menghantam fasilitas di kawasan Al-Jraf, dekat gedung stasiun televisi negara di Sanaa. Data awal menunjukkan bahwa fasilitas tersebut hancur total.
Ketegangan yang mendorong AS untuk melakukan serangan ini berkaitan erat dengan situasi konflik di Yaman, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Presiden AS, Donald Trump, dalam sebuah pernyataan di media sosialnya, menyatakan bahwa tindakan militer ini merupakan langkah tegas untuk menghadapi apa yang disebutnya sebagai “teroris Houthi.” Trump menambahkan bahwa serangan ini ditujukan untuk menyerang pangkalan teroris, pemimpin mereka, serta pertahanan rudal Houthi. Menurutnya, tindakan ini adalah bagian dari upaya untuk melindungi kepentingan AS dan memulihkan kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
Namun, serangan ini telah memicu kecaman di berbagai belahan dunia, terutama mengingat jumlah korban sipil yang tinggi, termasuk anak-anak. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Houthi, Anis al-Asbahi, dalam pernyataannya di media sosial mengatakan, “Serangan ini menunjukkan betapa tidak berperannya komunitas internasional dalam melindungi kehidupan manusia, terutama anak-anak yang menjadi korban utama dalam konfrontasi ini.” Pihak Houthi berpendapat bahwa serangan ini tidak hanya sebagai tindakan militer, tetapi juga sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Berita ini menyoroti dilema yang dihadapi oleh bangsa-bangsa yang terlibat dalam konflik ini. Sementara AS berusaha melindungi kepentingannya di Timur Tengah dengan menyerang kelompok Houthi, dampak nyata di lapangan adalah tingginya korban sipil yang tidak ikut berperang. Beberapa aktivis HAM mengungkapkan keprihatinan mereka mengenai kebijakan AS di Yaman, menyerukan agar Amerika Serikat lebih memperhatikan kehidupan manusia yang terancam akibat peperangan yang berkepanjangan.
Krisis di Yaman merupakan salah satu konflik terburuk di dunia saat ini. Gelombang serangan dan balasan antara Houthi dan koalisi pimpinan Saudi Arabia telah menghasilkan ribuan korban jiwa, dengan populasi sipil yang sangat menderita akibat himpitan konflik. Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, dan jutaan lainnya mengalami kekurangan makanan dan akses kesehatan.
Seiring berlanjutnya serangan, masyarakat internasional dihadapkan pada tantangan besar untuk menemukan solusi perdamaian yang dapat berfungsi di tengah ketegangan yang meningkat. Banyak pihak berharap agar upaya diplomasi dapat mengurangi kekerasan dan membantu menciptakan kondisi yang lebih aman bagi rakyat Yaman.
Dengan keadaan yang terus bergulir, penting untuk menyimak perkembangan terbaru di Yaman, mengingat setiap tindakan yang diambil oleh pihak-pihak yang bertikai akan memiliki dampak signifikan bagi jutaan orang yang terjebak dalam konflik ini.