
Apple sedang mempertimbangkan untuk memperluas fasilitas manufakturnya di Brasil sebagai upaya untuk menghindari tarif impor tinggi yang baru-baru ini diumumkan oleh pemerintahan Donald Trump. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya tekanan biaya akibat kebijakan tarif yang berlaku untuk barang-barang yang diimpor dari negara-negara mitra dagang.
Menurut laporan dari GSM Arena yang diterbitkan pada tanggal 6 April 2025, dua dari pasar utama Apple, yaitu China dan India, menghadapi tarif impor yang signifikan. Bea masuk yang dikenakan terhadap barang-barang yang diimpor dari China mencapai 34%, sedangkan untuk produk dari India tarifnya adalah 26%. Tarif tinggi ini berpotensi meningkatkan harga jual produk Apple di pasar, memaksa perusahaan untuk memikirkan strategi baru.
Untuk mengatasi tantangan ini, Apple mengevaluasi kemungkinan memperluas operasionalnya di Brasil, di mana tarif impor hanya 10%. Rencana ini sebenarnya sudah disusun sejak tahun 2024 dan saat ini sedang dalam proses penyelesaian sertifikasi yang diperlukan. Melalui langkah ini, Apple dan mitranya, Foxconn, diharapkan dapat merakit model terbaru, yaitu iPhone 16, di Brasil.
Sejak beberapa tahun lalu, Apple telah memproduksi model iPhone 13, 14, dan 15 di negara tersebut. Ekspansi terbaru ini akan melibatkan penambahan produk baru, yakni seri iPhone 16 Pro. Perluasan fasilitas manufaktur di Brasil tidak hanya akan memfasilitasi penjualan di pasar domestik tetapi juga menciptakan peluang untuk mengekspor sebagian dari produk tersebut kembali ke Amerika Serikat.
Kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah AS, khususnya oleh Presiden Trump, telah menjadi pengubah game bagi perusahaan-perusahaan besar. Trump menyatakan bahwa tarif minimum 10% akan diberlakukan untuk semua eksportir ke AS. Ia juga mengenakan bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara yang dianggap memiliki ketidakseimbangan perdagangan dengan AS. Dalam sebuah acara di Gedung Putih, Trump menegaskan, “Selama bertahun-tahun, warga negara Amerika yang bekerja keras dipaksa untuk duduk di pinggir lapangan ketika negara-negara lain menjadi kaya dan berkuasa, sebagian besar dengan mengorbankan kita.”
Adanya tarif ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencari lokasi produksi yang lebih dekat dengan pasar tujuan, serta meminimalkan biaya tambahan yang dapat memengaruhi harga jual. Dalam konteks ini, Brasil menawarkan keuntungan yang lebih menarik dibandingkan dengan China atau India, berkat tarif impornya yang lebih rendah. Selain itu, Brasil memiliki potensi pasar yang besar dengan populasi yang besar serta pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Selama ini, Kanada dan Meksiko sudah menghadapi tarif 25% yang berkaitan dengan isu perdagangan narkoba dan migrasi ilegal. Namun, tarif ini tidak berlaku untuk kondisi yang dikenakan pada negara-negara lain, termasuk China dan negara-negara di Uni Eropa, yang masing-masing akan dikenakan tarif hingga 34% dan 20%.
Sementara itu, tarif yang akan dikenakan terhadap negara-negara lain juga bervariasi, seperti Jepang sebesar 24%, Korea Selatan 25%, dan Vietnam 46%. Dengan semakin kompleksnya kebijakan perdagangan global dan perubahan kebijakan di AS, perusahaan seperti Apple harus beradaptasi untuk mempertahankan daya saing mereka di pasar internasional.
Pengembangan fasilitas produksi di Brasil diharapkan dapat menjadi langkah strategis bagi Apple dalam menghadapi tantangan yang ada, serta menciptakan basis produksi yang lebih fleksibel dan efisien di tengah dinamika perdagangan yang terus berubah. Seiring dengan pertumbuhan permintaan di pasar, langkah ini juga berpotensi memperkuat posisi Apple di pasar Amerika Selatan dan di seluruh dunia.