Apple, perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat, baru-baru ini mengambil langkah signifikan dengan menyewa pesawat kargo untuk mengangkut 600 ton iPhone dari India ke AS. Langkah ini melibatkan pengiriman sekitar 1,5 juta ponsel dan merupakan respons terhadap ancaman tarif impor yang dikenakan oleh mantan Presiden Donald Trump. Menurut laporan dari Reuters, pengiriman ini tidak hanya dimaksudkan untuk menghindari pajak yang tinggi, tetapi juga untuk memperkuat stabilitas pasar Apple di tengah dinamika perdagangan internasional yang berubah.
Tindakan ini dilakukan di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif baru yang dijadwalkan akan diberlakukan pada produk-produk elektronik yang diimpor ke AS. Tarif sebesar 26% atas barang-barang dari India sempat ditangguhkan selama tiga bulan setelah Trump menyerukan jeda, namun tarif tinggi sebesar 145% untuk barang-barang dari China tetap berlaku. Sebagai salah satu produsen utama iPhone, Apple berusaha memitigasi dampak dari kebijakan perdagangan tersebut dengan meningkatkan produksi di India dan memanfaatkan pangsa pasar ini.
Untuk mencapai target ini, Apple melaporkan bahwa mereka berencana untuk meningkatkan produksi di pabrik-pabrik iPhone di India sebesar 20%. Perusahaan juga telah menambah jumlah pekerja dan memperpanjang jam kerja di pabrik-pabrik Foxconn di Chennai. Tahun lalu, pabrik tersebut berhasil memproduksi sekitar 20 juta iPhone, termasuk model terbaru iPhone 15 dan 16. Saat ini, Apple memiliki tiga pabrik di India yang dioperasikan oleh Foxconn dan Tata.
Pengiriman iPhone dari India ke AS dimulai sejak bulan Maret, dengan enam jet kargo yang mampu mengangkut masing-masing 100 ton. Pengiriman ini dilaksanakan tepat pada saat tarif baru diberlakukan, menunjukkan urgensi yang dirasakan oleh perusahaan untuk memindahkan produk mereka dengan cepat. Namun, hingga saat ini, baik Apple maupun kementerian penerbangan India belum memberikan komentar resmi mengenai inisiatif ini.
Analisis yang dilakukan oleh Counterpoint Research menunjukkan bahwa Apple telah menjual lebih dari 220 juta unit iPhone dalam satu tahun terakhir di seluruh dunia, dan diperkirakan seperlima dari total impor iPhone ke AS kini berasal dari India. Hal ini menunjukkan peralihan yang signifikan dalam strategi produksi dan pemasaran Apple, dengan perusahaan berusaha mengurangi ketergantungan pada fasilitas produksi di China. Menurut laporan dari The Wall Street Journal, Apple merencanakan pengiriman lebih banyak iPhone dari India ke AS sebagai solusi sementara sembari berusaha mendapatkan pengecualian dari tarif yang dikenakan pada barang-barang dari China.
Jika Apple berhasil memindahkan semua produksi iPhone yang dibuat di India ke AS, hal ini dapat memenuhi sekitar 50% dari total permintaan di pasar Amerika tahun ini, menurut analis dari Bank of America, Wamsi Mohan. Namun, pindah produksi iPhone ke AS bukan tanpa tantangan. Biaya untuk mempekerjakan ratusan ribu pekerja dan menjalankan operasi pabrik di dalam negeri bisa sangat mahal. Analis di Wedbush Securities memperingatkan bahwa iPhone yang diproduksi di AS dapat memiliki harga meningkat hingga US$3.500 akibat penerapan tarif yang tinggi.
Dengan memperhitungkan faktor-faktor yang kompleks ini, strategi Apple untuk mengalihkan sejumlah besar produksinya dari China ke India bukan hanya menjadi masalah logistik, tetapi juga menjadi langkah penting dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh tarif perdagangan global. Langkah ini juga mencerminkan perubahan yang lebih luas dalam industri teknologi, di mana perusahaan besar mulai mencari cara untuk beradaptasi dengan lanskap perdagangan yang semakin proteksionis. Apple, dengan upayanya ini, menunjukkan fleksibilitas dan ketahanan dalam menghadapi tantangan, agar tetap menjadi pemimpin di pasar ponsel global.