Apple Akali Tarif Trump: 600 Ton iPhone Dikirim Hanya 3 Hari!

Apple baru-baru ini membuat langkah yang mencuri perhatian dengan mengirimkan 600 ton iPhone dari India dan China ke Amerika Serikat hanya dalam waktu tiga hari. Pengiriman ini dilakukan untuk menghindari dampak dari tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam laporan yang dirilis oleh Gulf News, hal ini diketahui terjadi pada akhir Maret, saat Apple mengambil langkah strategis untuk menimbun inventaris sebelum penerapan tarif 10 persen.

Proses pengiriman iPhone tersebut melibatkan lima hingga enam penerbangan kargo carteran, mencerminkan kecepatan dan skala besar operasi logistik Apple. Dengan cara ini, mereka bertujuan untuk melindungi konsumen di AS dari potensi kenaikan harga yang dapat disebabkan oleh tarif baru, serta mempertahankan pangsa pasar mereka di negara tersebut.

Sebagai upaya mempercepat proses, Apple dilaporkan juga mempercepat pengurusan bea cukai di bandara Chennai, India. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk memastikan kelancaran ekspor dan ketersediaan produk di pasar AS. Meskipun Apple tidak merencanakan kenaikan harga iPhone di India atau negara lain, analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump bisa berdampak pada harga produk Apple secara global.

Rencana penimbunan ini juga terkait dengan alihnya sebagian besar jejak manufaktur Apple dari China ke negara-negara lain, dengan India sebagai alternatif utama. Apple kini berfokus pada peningkatan produksi iPhone dan aksesori seperti AirPods di India, yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan perusahaan menghadapi ketidakpastian kebijakan perdagangan internasional.

Pemerintah AS, di bawah kepemimpinan Trump, telah menerapkan tarif 10 persen yang seragam untuk semua barang impor. Tambahan tarif resiprokal sebesar 26 persen diumumkan untuk barang impor dari India mulai 9 April. Sementara itu, China merespons dengan menaikkan tarif barang ke AS hingga 125 persen, yang merupakan bagian dari konflik perdagangan yang berkepanjangan antara kedua negara.

Dalam sidang pada 10 April, Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang memperlihatkan rencana untuk meningkatkan tarif untuk barang-barang China, dengan penundaan selama 90 hari untuk negara lain yang tidak termasuk dalam kategori tersebut. Langkah ini memperlihatkan ketegangan yang terus berlanjut dalam hubungan perdagangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya.

Merespons ketidakpastian ini, analis memperkirakan kemungkinan kenaikan harga iPhone akibat kebijakan baru tarif impornya. Ada prediksi bahwa harga beberapa varian iPhone bisa melonjak hingga 3.500 dolar AS jika produksi dialihkan ke AS. Dalam wawancaranya, Dan Ives, Analis dari Wedbush Securities, menyebut bahwa satu-satunya cara untuk mempertahankan harga iPhone tetap di bawah 1.000 dolar AS adalah dengan tetap memproduksinya di luar negeri, terutama di China.

Saham Apple juga tidak luput dari dampak kebijakan tersebut. Dalam beberapa waktu terakhir, harga saham perusahaan anjlok lebih dari 9 persen. Penurunan ini bahkan lebih besar dibandingkan penurunan rata-rata untuk sektor teknologi, yang menunjukkan betapa besar pengaruh tarif impor terhadap kapitalisasi pasar perusahaan.

Dengan langkah cepat Apple dalam mengalihkan pasokan dan meningkatkan inventaris, terlihat adanya strategi untuk menghadapi tantangan tarif yang terus berubah. Meskipun Apple berupaya untuk mendiversifikasi rantai pasokan dan mengurangi ketergantungan pada China, tantangan dari tarif global terbaru membuat mereka harus menavigasi situasi yang sangat rumit.

Sementara Apple berupaya menjaga stabilitas harga dan pasokan, kemungkinan adanya kenaikan harga di masa mendatang harus menjadi perhatian bagi para konsumen. Jika keputusan untuk menaikkan harga diambil, dampaknya akan terasa tidak hanya di pasar AS tetapi juga di seluruh dunia. Keputusan ini mencerminkan dilematis yang dihadapi banyak perusahaan global dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan perdagangannya.

Berita Terkait

Back to top button