Kabar mengejutkan menghiasi dunia digital Indonesia setelah aplikasi iPusnas resmi milik Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengalami peretasan oleh pihak tak dikenal. Kejadian ini pertama kali disebarkan melalui unggahan di akun media sosial Threads oleh pengguna dengan nama akun @edwinreadbooks4. Pengguna tersebut mengungkapkan keterkejutannya saat menemukan pop-up bertuliskan “Hacked by Rissec1337” saat mencoba masuk ke aplikasi.
“Awalnya saya pikir ini hanya masalah pada akun saya. Namun, setelah mencoba login dengan perangkat dan email yang berbeda, saya tetap menemui pop-up yang sama,” ungkapnya. Situasi serupa juga dialami oleh pengguna lain yang melaporkan munculnya tampilan “sudah di hack” pada fitur pencarian maupun artikel dalam aplikasi, mengindikasikan bahwa masalah ini bukan hanya bersifat lokal, melainkan telah menyebar ke sistem aplikasi secara luas.
Hasil verifikasi tim, termasuk dari Octopus, mendapati bahwa ketika mengakses aplikasi dengan akun terdaftar, pop-up yang sama muncul. Fenomena ini semakin menguatkan dugaan bahwa aplikasi iPusnas sedang dikendalikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Pesan yang disampaikan oleh kelompok hacker dalam peretasan ini semakin mengguncang publik. Dalam sebuah postingan bertajuk “Hacked by KedirisecTeam”, mereka menyampaikan kritik tajam terhadap kondisi sosial dan politik di Indonesia, menyiratkan bahwa negara kini berada dalam “kegelapan” yang lebih dalam. Dalam pesan tersebut, mereka menyoroti isu-isu serius seperti krisis moral, praktik korupsi yang semakin merajalela, dan ketimpangan sosial yang kian mendesak.
“Hack ini bukan sekadar peretasan biasa. Ini adalah suara dari mereka yang merasa terpinggirkan. Indonesia kini berada dalam kegelapan yang lebih dalam dari sekadar mati lampu,” tulis mereka. Pesan ini tidak hanya berfungsi sebagai protes terhadap tindakan segelintir elite politik, tetapi juga menggugat banyaknya kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Dalam tulisannya, kelompok hacker tersebut menekankan bahwa korupsi telah menjadi bagian dari budaya yang mengakar di dalam sistem pemerintahan. “Korupsi bukan lagi sebuah skandal, tetapi sudah menjadi tradisi. Rakyat semakin kehilangan harapan karena merasa ditinggalkan oleh para pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat,” tambah mereka.
Peristiwa ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya keamanan digital, terutama di aplikasi yang dikelola oleh instansi pemerintah. Belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang mengenai identitas pelaku peretasan atau langkah-langkah yang akan diambil untuk menangani insiden ini.
Selain menjadi kasus peretasan yang mengkhawatirkan, kejadian ini juga mencerminkan keresahan yang mendalam di tengah masyarakat. Tanggapan dan ulasan di media sosial menunjukkan bahwa banyak pengguna yang merasa prihatin terhadap keamanan aplikasi yang seharusnya melayani kepentingan publik.
Dengan kejadian ini, masyarakat diharapkan lebih sadar akan pentingnya menjaga keamanan data pribadi dan sistem digital. Selain itu, insiden ini merupakan panggilan untuk merenungkan dan menuntut reformasi yang lebih dalam, khususnya dalam menyelesaikan masalah korupsi dan ketimpangan sosial yang kian mengkhawatirkan. Penting bagi kita untuk tidak hanya mengamati, tetapi juga berperan aktif dalam mendorong perubahan menuju sistem yang lebih transparan dan adil.