![Anak Muda Alami Tekanan, Angka Pernikahan di China Anjlok Drastis](https://octopus.co.id/wp-content/uploads/2025/02/Anak-Muda-Alami-Tekanan-Angka-Pernikahan-di-China-Anjlok-Drastis.jpg)
Anak muda di China saat ini menghadapi tekanan ekonomi dan sosial yang semakin meningkat, yang berdampak signifikan terhadap angka pernikahan di negara tersebut. Berdasarkan laporan resmi dari Kementerian Urusan Sipil Tiongkok, pada tahun 2024, China mencatat jumlah pernikahan terendah sejak pemcatatan dimulai pada tahun 1980, dengan hanya 6,1 juta pasangan yang menikah. Ini merupakan penurunan drastis sebesar 20,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Tren penurunan ini mencerminkan masalah yang lebih besar di masyarakat Cina, di mana banyak kaum muda menunda pernikahan dan memiliki anak. Sementara itu, tingkat perceraian juga mengalami peningkatan, mencatat kenaikan sebesar 1,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor tekanan sosial dan ekonomi yang dialami oleh generasi muda bukan hanya mendorong mereka untuk menunda pernikahan, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan dalam institusi pernikahan itu sendiri.
Demografer independen He Yafu menyatakan, “Mengingat sebagian besar kelahiran di Tiongkok terjadi dalam pernikahan, maka penurunan tajam dalam pendaftaran pernikahan pada tahun 2024 merupakan indikator yang jelas bahwa angka kelahiran akan terus turun pada tahun 2025.” Penurunan signifikan ini diperkirakan akan memperburuk tantangan demografi yang telah dihadapi Tiongkok, yang ditandai dengan angka kelahiran yang terus-menerus rendah.
Dalam laporan dari Biro Statistik Nasional, angka kelahiran tercatat sebesar 6,77 per 1.000 orang pada tahun 2024. Meski ada sedikit peningkatan dalam angka kelahiran dan pendaftaran pernikahan pada beberapa waktu tertentu, para ahli menganggap ini hanya sebagai anomali. Mereka memperkirakan bahwa tren penurunan ini akan terus berlanjut di masa mendatang, menciptakan risiko lebih lanjut bagi populasi Tiongkok yang sudah mengalami penurunan yang cepat.
Kondisi ini berpotensi memperburuk situasi demografi Tiongkok, yang terkontraksi untuk ketiga kalinya berturut-turut sejak tahun 2021, dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 1,4 miliar pada tahun 2024. Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk mengatasi penurunan angka pernikahan dan kelahiran belum menunjukkan hasil yang signifikan hingga saat ini.
Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan anak muda untuk menunda pernikahan. Di antaranya adalah meningkatnya biaya hidup, tekanan untuk mencapai stabilitas finansial sebelum berkomitmen dalam suatu hubungan, serta tuntutan sosial yang terus berubah. Respons terhadap tekanan ini mengakibatkan peningkatan jumlah pasangan yang memilih untuk hidup bersama tanpa menikah secara resmi, atau bahkan memilih untuk tetap lajang.
Penting untuk diperhatikan bahwa penurunan angka pernikahan dan kelahiran tidak hanya berdampak pada struktur keluarga, tetapi juga mempunyai implikasi jangka panjang bagi ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ketidakstabilan dalam hal ini dapat mengarah pada berkurangnya populasi usia produktif yang ikut berkontribusi pada perekonomian.
Dalam catatan tambahan, meskipun ada kesadaran pemerintah mengenai tantangan ini, solusi yang diusulkan untuk merangsang angka pernikahan dan kelahiran, seperti insentif keuangan dan kebijakan pro-keluarga, masih kurang efektif. Ini menjadikan situasi semakin rumit bagi generasi muda yang berjuang untuk menemukan keseimbangan antara aspirasi pribadi dan tuntutan ekonomis.
Dengan latar belakang ini, tantangan yang dihadapi oleh kaum muda Cina kini semakin nyata. Banyak yang berharap pemerintah dapat mengambil langkah lebih reflektif dan strategis untuk mendukung generasi mendatang agar dapat menghadapi tekanan sosial dan ekonomi yang ada.