
Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Depot Boijmans Van Beuningen, Rotterdam, Belanda, ketika lukisan berharga karya Mark Rothko, berjudul “Grey, Orange on Maroon No. 8”, digores oleh seorang anak. Lukisan yang diproduksi pada tahun 1960 ini memiliki dimensi yang mengesankan, dengan panjang 2,3 meter dan lebar 2,6 meter. Kerusakan terjadi di bagian bawah lukisan, khususnya di area cat yang belum dipernis. Pihak museum mengonfirmasi bahwa kerusakan ini bersifat kecil, namun tetap menjadi perhatian serius.
Museum belum memberikan rincian mengenai nilai lukisan yang tergores ini. Namun, menurut laporan surat kabar Algemeen Dagblad, lukisan tersebut diperkirakan bernilai sekitar 56 juta dolar AS, setara dengan Rp 900 miliar. Ini menunjukkan betapa pentingnya karya tersebut, tidak hanya dari segi seni tetapi juga dari nilai ekonomisnya.
Mark Rothko, seniman asal Latvia yang menjadi terkenal di Amerika Serikat, dikenal sebagai pelopor dalam gerakan lukisan color field. Karya-karyanya sering kali terjual dengan harga yang fantastis, seperti yang terjadi pada “Untitled, 1968”, yang terjual seharga 23,9 juta dolar AS dalam lelang di New York pada November 2023. Karya-karya Rothko dikenal karena warna-warna yang mendalam dan penggunaan bidang warna yang luas, sehingga menjadikannya salah satu seniman paling berpengaruh di abad ke-20.
Pihak museum kini dalam proses berkonsultasi dengan ahli konservasi dari berbagai belahan dunia untuk menentukan langkah terbaik dalam restorasi lukisan yang rusak tersebut. “Kami berusaha agar karya ini dapat kembali dipamerkan secepat mungkin. Harapannya, lukisan ini dapat dinikmati kembali oleh publik dalam waktu dekat,” ujar perwakilan museum.
Insiden ini tidak hanya menjadi sorotan karena nilai lukisannya, tetapi juga mencerminkan tantangan yang dihadapi museum dalam mengelola pengunjung, terutama anak-anak. Banyak museum dan galeri seni berusaha membuka akses bagi keluarga dengan anak kecil, dengan tujuan untuk menumbuhkan minat seni sejak dini. Namun, perilaku anak-anak yang tak terduga sangat mungkin menghadirkan risiko bagi karya seni yang bernilai tinggi.
Maxwell Blowfield, editor berita museum, menjelaskan bahwa meskipun cara untuk menjaga jarak antara pengunjung dan karya seni telah diterapkan, mencegah insiden semacam ini sepenuhnya adalah hal yang sulit. “Kami selalu berhati-hati dalam pengaturan jarak fisik, tetapi situasi seperti ini masih jarang terjadi jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan setiap tahun,” tambahnya.
Selain biaya restorasi yang belum diumumkan, tanggung jawab keuangan terkait insiden ini juga menjadi tanda tanya. Pihak museum menolak untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang siapa yang akan menanggung biaya restorasi dari lukisan yang tergores ini.
Karya Rothko tetap menjadi ikon dalam sejarah seni modern. Kejadian ini, meskipun disayangkan, menekankan pentingnya perlindungan bagi karya seni di museum dan galeri. Dengan pendekatan yang tepat dalam edukasi pengunjung, diharapkan insiden serupa dapat diminimalkan di masa depan.
Museum kini mengharapkan proses pemulihan lukisan tersebut dapat berjalan dengan baik, sehingga publik dapat kembali menikmati karya Rothko yang legendaris ini. Situasi ini mengingatkan kita akan tantangan dalam menjaga dan merawat Warisan Budaya, sekaligus pentingnya edukasi seni untuk semua kalangan, khususnya generasi muda yang akan menjadi penerus.