Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengalami kejadian yang cukup mengejutkan pada Selasa (25/2/2025) saat meluncurkan dua rudal pencegat Tamir dari sistem pertahanan Iron Dome. Keputusan ini diambil setelah sirene serangan udara berbunyi di berbagai lokasi, termasuk permukiman Haspin, Ramat Magshimim, dan Yonatan di Dataran Tinggi Golan selatan. Namun, IDF kemudian mengonfirmasi bahwa insiden tersebut adalah alarm palsu.
Insiden ini memicu peluncuran rudal pencegat yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 3,2 miliar. IDF menghimbau bahwa sistem pertahanan telah menembakkan sejumlah rudal pencegat ke target yang dinyatakan mencurigakan, tetapi setelah evaluasi lebih lanjut, mereka menemukan bahwa ancaman tidak nyata. Dalam pernyataannya, IDF menyatakan, “Kami sedang menyelidiki insiden tersebut” untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Alarm palsu ini tidak hanya menimbulkan kerugian finansial akibat peluncuran rudal yang sia-sia, tetapi juga meningkatkan kekhawatiran di kalangan masyarakat di sekitar lokasi yang terancam. Peringatan serangan udara juga diaktifkan di pemukiman Avnei Eitan guna mencegah potensi bahaya yang mungkin timbul dari jatuhnya serpihan rudal pencegat.
Mengenai biaya yang timbul dari insiden ini, meskipun IDF tidak mengungkap jumlah pastinya, laporan från media Israel mengungkap bahwa setiap rudal Tamir diperkirakan bernilai antara US$ 50.000 hingga US$ 100.000. Dengan dua rudal yang diluncurkan, total biaya yang diperkirakan mencapai US$ 200.000, setara dengan Rp 3,2 miliar.
Iron Dome, sistem pertahanan rudal yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel bekerja sama dengan Raytheon dari AS, telah beroperasi sejak tahun 2011. Sistem ini dirancang khusus untuk mencegat proyektil jarak pendek yang berkecepatan rendah, seperti mortir dan roket. Namun, telah menjadi perhatian bahwa Iron Dome sering mengalami kelebihan beban, terutama saat menghadapi serangan roket dalam jumlah besar.
Sistem ini terdiri dari beberapa peluncur yang dipasang dalam format 3-4 unit, dengan masing-masing peluncur dilengkapi sekitar 20 rudal pencegat Tamir. Untuk mempercepat respons terhadap potensi serangan, sebagian besar operasi dilakukan secara otomatis, sehingga mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja operasional. Meskipun efektif untuk menghadapi sejumlah ancaman, Iron Dome tidak dirancang untuk menangani rudal balistik atau rudal jelajah jarak jauh, yang bisa mengekspos kelemahan dalam pertahanan udara Israel.
Sejak dioperasikan, Iron Dome telah menjadi komponen penting dalam strategi pertahanan Israel, membantu melindungi pemukiman dan infrastruktur dari ancaman yang ada. Namun, insiden alarm palsu ini tentulah menjadi pengingat bahwa teknologi canggih sekalipun tidak kebal terhadap kesalahan atau kecacatan dalam sistem.
Investigasi yang sedang dilakukan oleh IDF diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih mendalam tentang penyebab kejadian ini dan memberikan arah bagi langkah-langkah preventif yang diperlukan di masa mendatang. Dalam konteks yang lebih luas, insiden ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh sistem pertahanan modern di tengah meningkatnya ancaman keamanan yang terus berkembang.