
Jakarta, Octopus – Dalam era transformasi digital yang semakin cepat, keberadaan kecerdasan buatan (AI) kini dianggap sebagai suatu keharusan dalam DNA bisnis pelaku usaha. Tumbuhnya perekonomian digital Indonesia yang diperkirakan mencapai angka US$360 miliar (setara Rp6.044 triliun) pada tahun 2030 menunjukkan bahwa perusahaan, baik publik maupun swasta, harus beradaptasi dan mengadopsi teknologi ini secara proaktif.
Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi), Edwin Hidayat Abdullah, menekankan dampak signifikan dari teknologi AI terhadap pertumbuhan ekonomi. Ia menyatakan bahwa penerapan AI tidak hanya terlihat sebagai alat pelengkap, tetapi juga sebagai mitra kerja yang integral dalam meningkatkan efisiensi operasional. Platform tenaga kerja digital, seperti Agentforce, yang menyelaraskan agen-agen AI ke dalam alur kerja, telah menjadi bagian penting dalam perubahan ini.
"Pelaku usaha perlu mengintegrasikan AI ke dalam DNA bisnisnya agar tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam perekonomian digital yang kompetitif," ujarnya di Jakarta. Edwin juga menjelaskan bahwa Indonesia memiliki target pertumbuhan yang tinggi dan AI akan berperan penting dalam mencapainya. Untuk itu, pemerintah berencana meluncurkan peta jalan penggunaan AI yang etis dan produktif.
Agentforce, yang merupakan produk dari Salesforce, membantu pelaku usaha untuk mengoptimalkan manajemen hubungan pelanggan (CRM) dengan memanfaatkan data gabungan dari berbagai proses dan titik interaksi. Iman Muhammad, Country Leader Salesforce Indonesia, menjelaskan bahwa teknologi ini tidak hanya menawarkan fitur-fitur dasar tetapi juga integrasi yang lebih mendalam dengan aplikasi pihak ketiga dan kemampuan untuk melakukan kustomisasi sesuai kebutuhan bisnis.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait pentingnya integrasi AI dalam bisnis:
Meningkatkan Produktivitas: AI dapat membantu mengautomasi berbagai tugas rutin, membebaskan waktu karyawan untuk fokus pada aspek kreatif dan strategi bisnis yang lebih kompleks.
Pengalaman Pelanggan yang Lebih Baik: Teknologi AI mampu memberikan pengalaman yang lebih personal bagi pelanggan, melalui analisis data yang mendalam serta prediksi tren yang lebih akurat.
Inovasi Berkelanjutan: Dengan AI, perusahaan dapat lebih cepat beradaptasi dan menjadi inovatif dalam menghadapi perubahan pasar, memastikan bahwa mereka tetap relevan dan kompetitif.
Optimalisasi Sumber Daya: AI memungkinkan pengelolaan sumber daya lebih efisien, baik itu dalam hal waktu, tenaga kerja, maupun finansial.
- Analisis Data yang Lebih Mendalam: Penggunaan alat analisis berbasis AI memberikan wawasan yang lebih baik tentang perilaku pelanggan dan tren pasar, membantu pengambilan keputusan berbasis data.
Polarisasi inovasi ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pusat inovasi yang dinamis, membawa banyak peluang pertumbuhan bagi para pelaku usaha. Dengan alat seperti Agentforce, pelaku usaha dapat menciptakan tim kerja yang efisien dan terintegrasi, serta industri yang lebih resilient di tengah tantangan global.
Edwin mengingatkan bahwa untuk optimalisasi aplikasi AI pada bisnis, dibutuhkan etika dalam penggunaan teknologi ini. Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan regulasi yang menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dan perlindungan di berbagai sektor.
Menghadapi saat-saat mendatang, penting bagi setiap pelaku usaha di Indonesia untuk tidak hanya mengadopsi teknologi AI, tetapi juga memahami perannya dalam menyusun strategi bisnis jangka panjang. Dalam konteks ini, AI bukan lagi sekadar alat, melainkan bagian integral dari DNA bisnis yang akan membawa Indonesia menuju perekonomian digital yang lebih tangguh dan inovatif.