
Ahmad Dhani menjadi sorotan publik setelah pernyataannya dalam rapat kerja Komisi X DPR RI yang melibatkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta PSSI. Dalam forum tersebut, Dhani mengemukakan ide yang dianggap kontroversial dan merendahkan perempuan serta memicu reaksi keras dari masyarakat, terutama di media sosial. Ia mengusulkan agar pemain sepak bola yang dinaturalisasi tidak hanya mereka yang masih aktif berkarier, tetapi juga mencakup pemain berusia di atas 40 tahun. Usulan ini dikhususkan agar para pemain tua tersebut dinikahkan dengan perempuan Indonesia, dengan harapan anak-anak dari pernikahan tersebut bisa menjadi pesepak bola hebat.
Dalam pernyataannya, Dhani menyatakan, “Pemain-pemain bola yang sudah di atas usia 40, pemain bola hebat, itu bisa juga kita naturalisasi, lalu kita jodohkan dengan perempuan Indonesia. Nah, anaknya itu yang kita harap jadi pemain bola yang bagus juga.” Ide ini dinilai sebagai sebuah pemikiran “out of the box” dan diharapkan bisa menjadi bagian dari program yang direncanakan untuk tahun 2026.
Lebih lanjut, Dhani menyatakan keyakinannya bahwa anak-anak hasil pernikahan tersebut bisa dibina di Indonesia untuk memperkuat Timnas di masa depan. Ia menjelaskan bahwa ada banyak pemain dari negara-negara seperti Arab, Aljazair, dan Maroko yang sudah berusia tua namun memiliki kemampuan yang baik untuk dinaturalisasi dan dicarikan istri di Indonesia.
Pernyataan Ahmad Dhani cepat menyebar luas di platform media sosial dan menuai banyak kecaman. Publik menilai usulannya tidak hanya tidak masuk akal, tetapi juga sangat merendahkan martabat perempuan. Banyak pengguna media sosial yang mengekspresikan ketidaksetujuan mereka, menganggap bahwa usulan Dhani seolah-olah menjadikan perempuan Indonesia sebagai objek untuk melahirkan anak berbakat tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan hak asasi perempuan.
Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, turut memberikan kritik yang tajam terhadap pernyataan Dhani. Ia menulis, “Apa yang dikatakan seseorang mencerminkan isi kepalanya,” yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap pandangan Dhani tentang perempuan.
Sejumlah netizen juga ikut berkomentar keras atas pernyataan tersebut. Salah satu akun di media sosial menuliskan, “Ayo para wanita Indonesia, ada yang omongin kalian tuh,” yang menunjukkan solidaritas terhadap kaum wanita. Komentar lain menyindir bahwa wacana Dhani menunjukkan cara berpikir yang kuno dan merendahkan, seperti menganggap perempuan hanya sebagai “pabrik anak.”
Berbagai komentar tersebut mencerminkan sentimen publik yang semakin mengedepankan hak perempuan dan menentang segala bentuk pelecehan atau pandangan merendahkan terhadap mereka. Kritik di media sosial tidak hanya datang dari kalangan aktivis, tetapi juga dari masyarakat umum yang menilai bahwa pernyataan Ahmad Dhani menunjukkan gagasan yang patut dipertanyakan dalam konteks kesetaraan gender dan perlakuan terhadap perempuan.
Aspek merendahkan dalam usulan Ahmad Dhani menjadi fokus perhatian, di mana banyak orang menganggap bahwa ide tersebut menyinggung hak dan kehormatan wanita. Dalam konteks ini, pentingnya edukasi dan kesadaran mengenai peran perempuan dalam masyarakat saat ini semakin ditekankan, agar pandangan sempit seperti itu tidak lagi muncul di masa depan.
Meskipun Ahmad Dhani telah memberikan pernyataan, dampak dari ucapannya telah tersiar luas dan menimbulkan perdebatan yang hangat mengenai posisi perempuan dalam lingkup sosial dan olahraga. Melalui kritik tersebut, diharapkan bahwa kedepannya, setiap pernyataan orang-orang berpengaruh akan lebih memperhatikan implikasi dan dampaknya terhadap masyarakat, terutama terkait isu-isu sensitif seperti gender dan hak asasi manusia.