Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini menjadi perhatian utama dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) dari 29 April hingga 2 Mei 2025 di Bali. Berikut adalah enam fakta penting mengenai fenomena ini.
Pertama, data Kementerian Kesehatan mencatat bahwa angka kejadian DBD di Indonesia mengalami kenaikan sejak pertama kali ditemukan pada 1968. Indonesia, sebagai negara beriklim tropis, memiliki kondisi yang sangat mendukung untuk perkembangan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang merupakan vektor utama penyakit ini. Dari tahun 2013 hingga 2024, lebih dari 400 kabupaten/kota melaporkan kasus DBD, dengan angka mencapai 488 kabupaten/kota terjangkit pada tahun 2024. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dari 514 kabupaten/kota, hampir seluruhnya telah terjangkit DBD.
Kedua, penyebab peningkatan kasus DBD dapat dihubungkan dengan perubahan karakteristik penularan nyamuk. Nyamuk yang membawa virus dengue kini dapat ditemukan tidak hanya saat musim hujan, tetapi juga pada musim kering. Ini meningkatkan risiko infeksi bagi semua kelompok usia dan di berbagai lokasi tanpa memandang gaya hidup.
Ketiga, penting untuk dicatat bahwa DBD dapat berpotensi mengancam nyawa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seseorang yang terinfeksi dengue untuk kedua kalinya berisiko lebih tinggi mengalami kasus yang lebih parah, yang dapat menyebabkan kematian. Gejala khas yang muncul meliputi sakit perut parah, muntah berlebihan, pernapasan cepat, serta kelelahan dan gejala berat lainnya.
Keempat, vaksinasi menjadi salah satu langkah pencegahan yang efektif. Dalam diskusi panel di seminar, Dr. Made Susila Utama menjelaskan pentingnya vaksinasi untuk memberikan perlindungan alami terhadap virus dengue. Meskipun belum ada pengobatan definitif untuk DBD, vaksinasi yang tepat dapat mengurangi risiko infeksi berulang dan dampak seriusnya.
Kelima, pemerintah daerah mulai mengambil inisiatif dalam upaya pencegahan DBD. Sebagai contoh, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur telah memulai program vaksinasi dengue untuk anak-anak di daerah dengan kasus tinggi. Hasilnya menunjukkan penurunan angka hospitalisasi dan kematian akibat DBD. Demikian pula, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo telah melaksanakan program serupa, yang menunjukkan keberhasilan dalam menanggulangi kasus DBD di wilayah mereka.
Terakhir, kolaborasi antara berbagai sektor sangat penting dalam memerangi DBD di Indonesia. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menekankan perlunya keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat. Selain menjaga kebersihan lingkungan melalui program 3M Plus (menguras, menutup, mengubur), edukasi tentang dengue harus diperkuat.
Melihat kondisi yang ada, semua pihak diharapkan dapat terus berperan aktif dalam mencegah penyebaran DBD dan menjaga kesehatan masyarakat agar tetap terjamin.