
Banyak orang merasa tidak nyaman menyambut hari Senin, dan ini bukan hanya disebabkan oleh kebosanan atau keengganan untuk bekerja setelah akhir pekan yang menyenangkan. Menurut berbagai sumber, termasuk dari artikel yang diterbitkan di Octopus, ada beberapa alasan psikologis mendasar mengapa hari Senin sering kali dianggap sebagai hari yang paling tidak disukai.
Salah satu alasan utama adalah transisi mendadak dari suasana santai selama akhir pekan ke rutinitas pekerjaan atau sekolah yang penuh tekanan. Di akhir pekan, banyak orang menikmati waktu bebas tanpa beban tanggung jawab. Namun, saat Senin datang, tubuh dan pikiran dipaksa untuk kembali ke mode kerja yang bisa membuat stres dan menyebabkan rasa enggan.
Selanjutnya, istilah “Sunday Scaries” merujuk pada perasaan cemas yang kerap muncul pada Minggu sore menjelang Senin. Kecemasan ini berkaitan dengan memikirkan tumpukan tugas dan beban kerja yang akan dihadapi. Rasa cemas ini dapat menciptakan suasana hati negatif sebelum hari Senin bahkan tiba.
Selain itu,.
gangguan ritme sirkadian juga menjadi salah satu penyebab ketidaksukaan terhadap Senin. Selama akhir pekan, beberapa orang cenderung tidur lebih larut dan bangun lebih siang, yang mengganggu jam biologis tubuh. Ketika Senin tiba dan harus kembali bangun pagi, tubuh merasa kelelahan seolah baru mengalami jet lag mini, yang membuat seseorang merasa lesu dan mudah tersinggung.
Sikap negatif ini juga dipengaruhi oleh persepsi kolektif yang ada di masyarakat. Secara sosial dan budaya, Senin sudah sering dicap sebagai hari yang paling berat. Meme, lagu, dan obrolan di kalangan teman kerap menggambarkan hari ini secara negatif, menciptakan apa yang disebut social conditioning. Akibatnya, semakin banyak orang yang berbicara tentang Senin sebagai hari yang buruk, semakin kita terpengaruh dan merasa hal yang sama.
Dari segi pekerjaan, Senin tidak jarang menjadi hari dengan beban kerja tertinggi. Banyak tugas yang tertunda dari Jumat sebelumnya ditumpuk, dan pada saat yang sama perencanaan untuk minggu mendatang juga harus dilakukan. Situasi ini membuat otak meresponsnya sebagai “ancaman” yang ringan, sehingga muncul rasa malas atau bahkan stres menjelang hari tersebut.
Terakhir, kurangnya makna atau motivasi juga dapat menyebabkan ketidaksukaan terhadap hari Senin. Apabila seseorang tidak menikmati pekerjaannya atau merasa rutinitasnya monoton, maka Senin akan terasa sebagai simbol dari “lingkaran yang membosankan.” Hal ini berkontribusi pada rendahnya motivasi dan suasana hati negatif di awal minggu.
Meskipun banyak orang memiliki perasaan negatif terhadap hari Senin, ada kabar baik. Dengan melakukan persiapan mental dan fisik sejak hari Minggu, serta mencoba menemukan makna dalam setiap kegiatan yang dilakukan, hari Senin dapat menjadi lebih bersahabat. Mengubah persepsi terhadap hari ini bisa membantu sebagian orang untuk memiliki awal minggu yang lebih positif dan berenergi. Sebagai contoh, menetapkan tujuan kecil yang ingin dicapai pada hari Senin atau merencanakan aktivitas menyenangkan di luar pekerjaan dapat meningkatkan suasana hati dan motivasi.
Dengan memahami berbagai alasan psikologis ini, diharapkan orang-orang dapat lebih bijak dalam menyikapi datangnya hari Senin, serta mengambil langkah-langkah untuk membuatnya lebih menyenangkan dan produktif.