
Sebanyak 34 perusahaan Israel berpartisipasi dalam pameran IDEX yang diselenggarakan minggu ini di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Pameran ini merupakan acara pertahanan terbesar di Timur Tengah yang diselenggarakan setiap dua tahun, dan tahun ini diwarnai oleh situasi politik yang kompleks setelah 15 bulan konflik antara Israel dan Hamas di Gaza. Acara ini menarik perhatian peserta dari berbagai wilayah dan mencerminkan dinamika baru dalam hubungan Israel dengan negara-negara Teluk.
Para eksekutif perusahaan Israel melaporkan sambutan positif terhadap produk-produk pertahanan mereka di pameran ini. Boaz Levy, CEO Israel Aerospace Industries (IAI), menyatakan, “Kami merasa sangat diterima dan betah di sini. Keramahtamahan serta kunjungan dari semua pelanggan kami benar-benar bagus.” Situasi ini menjadi kontras dengan pameran kedirgantaraan sebelumnya di Dubai tahun lalu, di mana hanya tiga perusahaan pertahanan Israel yang hadir akibat ketidakpastian setelah pecahnya konflik.
Pameran IDEX saat ini menunjukkan unjuk kekuatan dari berbagai produk pertahanan Israel, mulai dari sistem kedirgantaraan hingga teknologi komunikasi. Pengunjung yang terdiri dari warga Emirat, Saudi, serta personel militer UEA tampak antusias mengunjungi paviliun yang menampilkan berbagai inovasi dan teknologinya. Mereka berbincang dengan perwakilan perusahaan sambil menanyakan fungsi dan efisiensi dari perangkat keras yang ditawarkan.
Sejak Perjanjian Abraham yang ditandatangani pada 2020, hubungan antara UEA dan Israel telah mengalami normalisasi yang signifikan. Meskipun terdapat kritik terhadap tindakan militer Israel di Gaza, kedua negara tetap melanjutkan hubungan dagang dan kerjasama di berbagai bidang pertahanan. Dalam konteks ini, minat negara-negara Teluk terhadap produk-produk pertahanan Israel semakin meningkat. Perwakilan dari perusahaan sistem aerostat menyatakan, “Kami baru saja membuktikan bahwa sistem kami dapat bertahan. Kami sangat senang dengan minat yang tinggi dari pembeli asing.”
Data menunjukkan bahwa penjualan senjata Israel telah mencapai rekor US$13 miliar pada tahun 2023, meningkat 36% dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan ini menjadikan Israel sebagai eksportir senjata terbesar kesembilan di dunia, di mana sistem pertahanan udara menyumbang lebih dari sepertiga dari total ekspor. India menjadi pembeli utama senjata dari Israel, diikuti oleh negara-negara di Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat. Menariknya, sekitar 24% dari ekspor senjata Israel pada 2022 ditujukan kepada mitra Arab yang telah menormalisasi hubungan melalui Perjanjian Abraham.
Dalam rincian yang lebih spesifik, sekitar 80% dari produksi IAI, termasuk sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome dan Arrow, diekspor ke negara lain. Meskipun konflik di Gaza meningkatkan permintaan untuk produksi dalam negeri, IAI tidak menerapkan pembatasan pada pelanggan internasionalnya dan berusaha memenuhi semua pengiriman. Dror Bar, Wakil Presiden IAI, menambahkan bahwa kebutuhan modern di medan perang mendorong perusahaan untuk meningkatkan teknologi mereka dalam sistem pesawat nirawak dan pengintai.
Menghadapi perubahan dinamika, pameran IDEX kali ini menunjukkan bahwa permintaan untuk produk Israel semakin meningkat di kalangan calon pembeli, termasuk negara-negara di kawasan yang tradisionalnya memiliki relasi yang tegang dengan Israel. Bar menyatakan, “Sambutannya luar biasa. Kami merasa nyaman dan disambut dan kami adalah bagian dari kawasan ini.”
Secara keseluruhan, partisipasi 34 perusahaan Israel dalam pameran IDEX di Abu Dhabi menunjukkan pergeseran dalam hubungan internasional, menandakan meningkatnya kerjasama di bidang pertahanan serta potensi ekonomi yang lebih besar di kawasan Timur Tengah meski dalam konteks konflik yang terus berlanjut.