
Dua pilot Korean Air terpaksa menghadapi konsekunsi serius setelah terlibat dalam pertikaian fisik di sebuah hotel di Brisbane, Australia, pada 19 Desember 2024. Insiden ini dipicu oleh perbedaan pendapat yang berkaitan dengan situasi politik di Korea Selatan, khususnya mengenai pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk-yeol. Kejadian ini tidak hanya mengganggu reputasi maskapai, tetapi juga mencerminkan ketegangan politik yang semakin meningkat di negara asal mereka.
Perkelahian antara kapten dan kopilot ini terjadi setelah mereka mendarat dari penerbangan Incheon dan sedang beristirahat. Menurut laporan yang disampaikan oleh media, ketidaksepakatan verbal mengenai keputusan Yoon untuk mendeklarasikan darurat militer pada tanggal 3 Desember, dan pemakzulannya yang terjadi 11 hari kemudian, menjadi pemicu utama pertikaian. Laporan dari South China Morning Post juga mengungkapkan bahwa polisi Australia dipanggil untuk menangani situasi tersebut setelah keributan terjadi. Akibat dari perkelahian itu, kapten mengalami cedera yang memerlukan perawatan di rumah sakit terdekat.
Kedua pilot tersebut awalnya dijadwalkan untuk mengoperasikan penerbangan pulang bersama-sama, namun penerbangan mereka dibatalkan dan digantikan oleh awak pengganti. Korean Air kemudian mengatur penerbangan terpisah untuk membawa mereka kembali ke Korea Selatan. Setelah melakukan peninjauan disiplin internal, maskapai memutuskan untuk memecat kedua pilot tersebut. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada 7 April 2025, Korean Air menegaskan bahwa mereka berupaya untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dengan memperkuat pedoman internal dan memberikan pelatihan tambahan.
Insiden ini juga menunjukkan bagaimana isu politik di Korea Selatan dapat memiliki dampak yang jauh lebih luas. Polarisasi politik yang tajam di negara tersebut sudah menjadi perhatian utama, dan pertikaian ini dianggap sebagai indikasi nyata dari konflik yang muncul akibat perbedaan pandangan mengenai kepemimpinan dan arah kebijakan nasional. Keputusan pemerintah untuk membentuk situasi darurat serta pemakzulan Yoon telah menciptakan lingkungan yang sangat tercabik-cabik, yang tidak hanya berdampak pada kehidupan masyarakat, tetapi juga dalam lingkup profesional seperti di sektor penerbangan.
Salah satu aspek menarik dari kejadian ini adalah reaksi dari komunitas pilot. Kedua pilot yang dipecat telah mengajukan petisi kepada otoritas terkait untuk menentang keputusan pemecatan mereka. Selain itu, rekan-rekan sesama pilot juga meluncurkan petisi yang mendesak agar hukuman tersebut dapat diringankan. Mereka mengklaim bahwa tindakan disipliner yang diberikan terlalu keras mengingat situasi yang terjadi.
Sebelum insiden ini, mantan Presiden Yoon Suk-yeol menghadapi banyak kritik atas kebijakan-kebijakan yang diambilnya, terutama terkait masalah ekonomi dan strategi politik. Sejak pemakzulan, pemerintah Korea Selatan mengumumkan rencana untuk menggelar pemilihan presiden baru pada 3 Juni 2025. Proses ini menjadi sorotan publik, yang berharap agar pemimpin baru dapat membenahi situasi politik yang kian memanas.
Akhirnya, insiden antara dua pilot ini menunjukkan pentingnya menjaga profesionalisme dalam dunia penerbangan, serta bagaimana isu-isu politik dapat meluas dan berdampak pada berbagai sektor di masyarakat. Diharapkan dengan pemilihan presiden yang akan datang, kedamaian dan stabilitas dapat kembali dipulihkan di Korea Selatan, meskipun tantangan ke depan masih sangat besar.